Codot pun Ingin Melihat Ni Pollok

bung karno dan ni pollokNi Pollok adalah legenda penari Bali. Akan tetapi belum ada yang menyebutkan bahwa Ni Pollok juga memiliki andil cukup besar bagi pertumbuhan dunia pariwisata Bali. Kisahnya bermula dari momen tahun 30-an, saat ia menari legong. Satu di antara penontonnya adalah pelukis asal Belgia, Le Mayeur.

Kisah selanjutnya bak roman pujangga, Le Mayeur berkenalan dengan Ni Pollok, kemudian meminta kesediaannya menjadi model untuk dilukis. Gayung bersambut. Maka lahirlah lukisan-lukisan eksotis Le Mayeur. Sosok Ni Pollok tertuang ke dalam kanvas. Begitu natural hingga ke keadaan wanita Bali tahun 30-an yang tidak memakai penutup dada.

Le Mayeur kemudian memamerkan karya-karyanya di Singapura tahun 1934. Di sana, ia menuai sukses besar. Bukan saja semua karyanya terjual, tetapi melalui lukisan Ni Pollok, banyak warga dunia ingin berkunjung ke Bali.

ni pollok dalam lukisanSekembali dari Singapura tahun 1935, Le Mayeur melamar dan menikahi Ni Pollok. Dengan uang hasil penjualan lukisan-lukisannya, mereka membangun rumah yang sangat indah di kawasan Sanur.

Baiklah… lantas apa hubungannya dengan Bung Karno? Bung Karno adalah salah satu kolektor lukisan Le Mayeur. Bung Karno mengoleksi salah satu lukisan dengan model Ni Pollok yang tengah rebahan di dipan dengan latar belakang bunga-bunga aneka warna. Penutup dada? Ya, tentu saja tanpa penutup dada.

Bukan hanya mengoleksi lukisannya, Bung Karno juga berkenalan dan berteman baik dengan keluarga Le Mayeur, termasuk dengan Ni Pollok. Beberapa kali dalam kunjungannya ke Tampak Siring, Bung Karno menyempatkan singgah di rumah Le Mayeur.

ni pollok-2Bukan hanya itu. Bung Karno juga acap melakukan perawatan sendiri terhadap semua lukisan koleksinya. Termasuk lukisan Le Mayeur dengan model Ni Pollok yang eksotik itu. Walhasil, ketika salah satu sudut lukisan Ni Pollok ada yang rusak karena terkena kotoran codot, Bung Karno langsung memerintahkan Guntur putra sulungnya, untuk mengambilkan cat.

Ini kejadian di suatu hari di tahun 1964, seperti dituturkan Guntur. Bung Karno diiringi Guntur dan pengurus Istana, Pak Adung dan Pak Sueb, berkeliling ruang-ruang Istana memeriksa lukisan-lukisan yang rusak. Tiba di ruang makan keluarga, Bung Karno berhenti dan menurunkan lukisan telanjang Ni Pollok.

Bung Karno mulai mengaduk-campur cat untuk memperbaiki sudut lukisan yang rusak. Dan terjadilah dialog ini:

“Pak, bu Pollok di sini kelihatannya kok muda amat ya. Yang aku lihat waktu kita makan-makan di rumahnya di Bali kan sudah tua.”

“Biar tua, cantiknya tetap,” jawab Bung Karno.

“Doyan minum jamu barangkali.”

ni pollokBung Karno menukas, “Tak tahulah. Apalagi waktu mudahnya… teteknya besar dan bagus bentuknya.”

Guntur terkesiap, “Dari mana bapak tau?”

“Dulu zaman Belanda ada potretnya.”

Guntur makin penasaran, “Kalau yang di lukisan itu teteknya bagus nggak pak?”

Santai Bung Karno menjawab, “Bagus, buktinya codot juga ingin lihat-lihat, sampai … o’ok.”

Usai memperbaiki lukisan Ni Pollok, Bung Karno melanjutkan inspeksinya ke ruangan-ruangan yang lain. Meneliti satu demi satu lukisan masterpiece yang terpajang. (roso daras)

Bung Karno Disambut “Pasukan Kere”

Ini kisah tak terlupakan bagi masyarakat seniman Indonesia, khususnya seniman lukis atau perupa. Betapa bahwa Presiden Sukarno, adalah presiden dengan darah seni yang kental. Dalam banyak kesempatan, ia mengagung-agungkan sang ibunda, Ida Ayu Nyoman Rai yang masih keturunan Raja Singaraja dan memiliki darah seni. Bahkan statemennya terkait kesenimanan dirinya pun sudah terpublikasi di mana-mana, bahwa “Jika tidak menjadi Presiden, maka profesi kedua yang dipilih Bung Karno adalah pelukis.”

Walhasil, manakala bangsa kita hendak memperingati setahun kemerdekaannya, 1946, ia berencana memperingatinya dengan cara menggelar pameran lukisan. “Bung Karno menghubungi saya, dan menyampaikan niatnya mengadakan pesta lukisan untuk memperingati setahun proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,” ujar Hendra Gunawan, perupa kenamaan Indonesia yang lahir di Bandung 11 Juni 1918 dan wafat di Denpasar, Bali 17 Juli 1983.

Perhelatan pesta lukisan itu digelar di Gedung KNI (Komite Nasional Indonesia) di Jalan Malioboro, Yogyakarta. Bung Karno bahkan sudah menyatakan rencananya untuk menghadiri acara itu sebagai Presiden/Kepala Negara, lengkap dengan tatanan dan aturan protokoler.

Jiwa “edan” seniman Hendra muncul… ia menghimpun puluhan gelandangan kere. Mereka dihimpun dan dikumpulkan di gedung KNI, menyambut Presiden Sukarno. Kontak protokol menolak ide gila Hendra. Apa boleh buat, Hendra ngotot dengan idenya. Tidak ada kompromi… mengumpulkan “pasukan kere” sebagai penyambut Presiden, atau acara batal sama sekali!

Protokol menyerah… acara pameran lukisan Hendra Gunawan pun dilangsungkan dengan rangkaian acara unik. Sepasukan gelandangan kere berjejer menunggu kehadiran Bung Karno sang presiden. Yang terjadi kemudian adalah sebuah drama menarik. Bung Karno diiringi pasukan pengawal datang dan… betapa terkejut, tercengang, dan betapa kagetnya Bung Karno demi melihat pasukan gelandangan.

Ekspresi kaget itu hanya berlangsung singkat sesaat. Selanjutnya, tampak Bung Karno tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepala. Ia pun segera menghambur ke Hendra Gunawan dan memeluknya erat-erat. Tampak Bung Karno tak kuasa membendung air mata haru.

Kepada wartawan Hendra menuturkan ihwal ide gilanya tadi. Menurutnya, “Setiap orang berhak melihat lukisan saya, dan saya berhak memperkenalkan karya-karya saya kepada siapa saja.” Dan menurutnya, Bung Karno sangat menghargai ide gilanya. Bung Karno menilai, apa pun gagasan setiap seniman, pada galibnya menyimpan nilai-nilai kemanusiaan. (roso daras)

Published in: on 16 Mei 2010 at 06:52  Comments (10)  
Tags: , , ,

Laksana Karang Diterjang Ombak

karang di laut

“Setahu saya, koleksi lukisan Bung Karno tidak hanya objek wanita-wanita cantik… tetapi juga objek-objek lain,” begitu kurang lebih nada protes lunak seorang teman, usai membaca posting terdahulu yang berjudul “Perempuan dalam Lukisan”.  Saya meng-amin-i, karena memang begitulah adanya.

Suatu ketika, Bung Karno duduk terpekur lama sekali di depan sebuah lukisan karya Basuki Abdullah. Kali ini, objeknya bukan wanita setengah telanjang, melainkan lukisan yang menggambarkan ombak laut ganas menghantam sebuah karang yang tegak berdiri. Bergeming. Dalam situasi seperti itu, tidak stu pun ajudan berani mendekat. Tidak satu pun pengikut berani beringsut.

Masing-masing yang ada di ruang pamer, tenggelam dalam pikirannya sendiri-sendiri. Bung Karno? Bisa jadi ia tengah tenggelam dalam satu bayangan, bahwa dirinyalah sang karang yang tengah diterjang-terjang sang ombak ganas. Karang itu adalah dirinya, yang tetap tegak-teguh-tegar menghadapi hantaman-hantaman gelombang samudera terus-menerus, silih berganti, susul-menyusul. Seperti itulah kiasan perjalanan politik Bung Karno. Ia tidak saja dihantam anasir-anasir dari dalam, tetapi juga luar negeri.

Kisah yang lain, dituturkan oleh Bambang Widjanarko sang ajudan. Bung Karno bukan sekali-dua berdiri lama memandang suatu objek lukisan. Seperti misalnya ketika pada suatu saat, matanya terpatri pada satu objek lukisan pemandangan alam Indonesia yang begitu indah. Gunung yang tinggi menjulang, berselimut kabut tipis. Di bawah gunung, terhampar hutan menghijau dan sawah bertanam padi menguning. Sementara, aliran sungai tampak berliku membelah bumi Indonesia yang begitu indah. Bumi Indonesia yang begitu dicintai dan dibanggakan Bung Karno.

Ringkas kalimat, Bung Karno bukan saja seorang seniman lukis. Mengingat, sebagai pelukis, ia telah melahirkan sejumlah karya yang tidak bisa dibilang buruk. Di sisi yang lain, ia juga seorang penikmat seni rupa sejati. Lebih dari itu, ia juga seorang kritikus seni rupa sekaligus kurator yang andal. Jejak-jejak kesenimanan Bung Karno, bisa kita nikmati dalam sejumlah buku yang mengabadikan koleksi lukisan Bung Karno.

Ratusan bahkan mungkin ribuan objek lukisan yang dimilikinya. Bangsa ini patut bertanya… ke mana semua lukisan koleksi Bung Karno sekarang? (roso daras)

Perempuan dalam Lukisan

Basuki_abdullah_balinesebeautyBung Karno pemuja wanita cantik…. Ya! Bahkan ia sempat meralat pemberitaan media Barat yang antara lain mengejek… “Bung Karno selalu melirik setiap melihat wanita cantik….” Yang benar, kata Bung Karno… “Bung Karno menatap setiap wanita cantik dengan kedua buah matanya bulat-bulat!“.

Bukan terhadap wujud dan sosok wanita. Bahkan terhadap setiap lukisan wanita, lengkap dengan keindahan yang melekat pada tubuhnya, Bung Karno akan menyukainya. Tak heran jika ia menjadi salah satu kolektor lukisan karya Basuki Abdullah. Maklumlah, Basuki Abdullah tergolong salah maestro pelukis Indonesia, yang sangat piawai menampilkan sosok perempuan dengan segala kelebihannya.

Kepada salah satu ajudannya, Bambang Widjanarko, Bung Karno pernah mengakui tentang kekagumannya terhadap lukisan-lukisan Basuki Abdullah. Ia juga mengaku, sebagai pelukis maupun penikmat lukisan, Bung Karno cenderung menyukai aliran naturalisme. “Bambang, aku tahu betul bahwa banyak aliran dalam lukisan, dan setiap aliran mempunyai pengikut dan pengagumnya. Aku sendiri senang pada naturalisme, khususnya yang menonjolkan keindahan, apakah itu manusia, makhluk hidup, ataupun benda mati,” ujar Bung Karno kepada ajudannya, pada suatu hari.

Bung Karno menambahkan, “Setiap orang selalu ingin menunjukan kebaikan ataupun keindahan dirinya, dan setiap benda betapa pun kecilnya mempunyai keindahn pula. Aku senag melihat dan menimati keindahannya itu, keindahan yang dianugerahkan Tuhan kepada yang diciptakanNya.”

Bung Karno sendiri mengoleksi banyak lukisan, termasuk lukisan-lukisan wanita cantik. Beberapa lukisan bahkan ada yang benar-benar menonjolkan keindahan bagian tubuh, entah mata yang sayu merayu, atau mata yang bersinar-binar, atau bibir tipis tersenyum manis, atau bibir indah bak buah manggis merekah, ada kalanya rambut ikal mayang yang terurai, atau bahkan yang… memperlihatkan keindahan seluruh tubuh wanita itu sendiri!

Nah, khusus terhadap kesenangannya akan lukisan wanita cantik, Bung Karno pernah menerangkan, “Aku memang dilahirkan dengan sifat yang demikian, dan aku tidak memungkirinya. Bahkan aku mensyukurinya karena itu pemberian Tuhan. Tuhan memang menciptakan wanita penuh dengan keindahan. Saya kira setiap laki-laki normal pasti senang melihat wanita cantik atau senang melihat keindahan yang ada pada diri wanita itu.”

Mari kita hela nafas sejenak…. (roso daras)

Bidadari karya basuki abdullah

lukisan-modern-karya-basuki

Telanjang, karya Basuki Abdullah