Suasana politik sangat tegang, tidak menentu, hampir-hampir jalannya pemerintahan limbung. Bung Karno, menurut kesaksian Achadi, dengan penuh keprihatinan tetap terus berjuang mencegah pertumpahan darah dan perpecahan bangsa. Salah satu langkah yang dia tempuh adalah merombak kabinet menjadi Kabinet Ampera yang kemudian menunjung Jenderal Soeharto sebagai ketua presidium. Para menteri yang diangkat pun menampung aspirasi atau tepatnya desakan politik yang ada ketika itu.
Dalam pidatonya tanggal 17 Agustus 1966 dengan judul “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah”, dan naskah pidatonya masih ada hingga kini, Bung Karno menyatakan berkali-kali bahwa SP 11 Maret 1966 bukanlah “transfer of authority”, melainkan suatu perintah penugasan dari Presiden Sukarno kepada Jenderal Soeharto.
Ternyata perkembangan selanjutnya adalah bahwa dalam periode Kabinet Ampera dengan ketua presidium Soeharto, dikeluarkan kebijakan sebagai berikut:
a. UU No 7 tahun 1966 tentang Penyelesaian Masalah Utang-Piutang antara Pemerintah Indonesia dengan Belanda.
b. UU No. 8 tahun 1966 tentang Pendaftaran sebagai Anggota Asian Development Bank (ADB)
c. UU No. 9 tahun 1966 tentang Pendaftaran Kembali Indonesia sebagai Anggota Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.
d. UU No 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) mencabut UU No 16 tahun 1965 (bulan Agustus tentang penanaman modal asing). Bung Karno menolak segala bentuk keterlibatan modal asing di Indonesia, sementara Soeharto menggantinya dengan UU No 1 tahun 1967 tersebut, sehingga modal asing pun berduyun-duyun masuk dan menguasai perekonomian Indonesia. Hingga sekarang. (roso daras/bersambung)
ok hal itu yang saya resahkan daripada indonesia. karna hmpir semua perusahaan di dalam negri di kuasai oleh modal asing. alhasil nasionalisme mengenai produk dalam negri semakin di acuhkan. sudah seharusnya terpampang besar di tiap2 titik sentral,” UTAMAKAN HASIL CITA, KARYA, RASA,MILIK NUSANTARA”. tetapi hal itu sudah terbalik menjadi mengutamakan cita karya rasa negara lain. Bung Roso, aku berjanji atas nama tuhan, dan kesaksianmu dengan bapak poklamator kita Romo Suekarno. berawal dari diri pribadi untuk menunjukan dan membawa sedikit demi sedikit kawan untuk mengutamakan cita karya rasa nusantara.
Pak Roso buat juga artikel perihal Ratna Djuwita (Nelly Ie) yang pernah berhubungan dengan Soekarno
Ansano
[…] Bagian 1, 2, 3, 4, 5, 6 […]
[…] Bagian 1, 2, 3, 4, 5, 6 […]