Sudah buka yahoo hari ini? Selasa 29 Oktober 2013, mengutip berita merdeka.com, yahoo menyajikan tulisan “Tak tahu sejarah, anak muda kira Soekarno-Hatta itu satu orang“. Berita yang mengutip keterangan Kepala Museum Sumpah Pemuda, Agus Nugroho. Sungguh berita itu membuat shock, geram, sekaligus sedih.
Mungkin seorang muda “tolol” yang disebut Agus Nugroho tadi tergolong minoritas. Persoalannya bukan di situ. Bahwa bangsa yang sudah merdeka 68 tahun ini, masih memiliki generasi penerus yang tidak tahu siapa bapak bangsanya. Dari sudut pandang “pembinaan generasi muda”, realita yang disuguhkan Agus tadi sungguh menunjukkan betapa kurang masifnya gerakan “mencintai sejarah bangsanya sendiri”.
Saya jadi teringat, sendi kehidupan berbangsa-bernegara lain yang bisa kita indikasikan betapa pemerintah sendiri masih kurang memberi penghargaan yang pantas kepada presiden pertamanya. Coba tengok di sekitar, dari 33 ibukota provinsi, dari 460 kabupaten/kota yang ada di seluruh Indonesia, berapa kota/kabupaten yang memiliki nama jalan “SUKARNO” (atau Soekarno, atau Bung Karno)?
Di Jakarta saja, Ibukota Negara Republik Indonesia (mohon dikoreksi kalau keliru), belum ada nama jalan Sukarno. Pernah suatu kali, elemen masyarakat mengajukan nama jalan Sukarno di kota Surabaya. Keputusan pemerintah daerah setempat, hasil rapat antara eksekutif dan legislatif, menyetujui nama jalan “Sukarno-Hatta”. Elemen pengusul nama jalan Sukarno itu kemudian protes.
“Tidak bisakah nama Sukarno berdiri sendiri tanpa Hatta? Dua-duanya adalah pahlawan proklamator, pahlawan nasional. Masing-masing memiliki jasa dan sejarahnya sendiri. Mengapa nama jalan Sukarno tidak berdiri sendiri? Mengapa nama Hatta tidak berdiri sendiri? Tanpa digandengkan pun, nama kedua tokoh bangsa itu patut dan sungguh layak diabadikan sebagai nama jalan,” kurang lebih begitu gugatan yang dilayangkan ke pemerintah kota Surabaya.
Setelah melalui proses yang cukup alot dan berbelit, alhamdulillah, Kota Surabaya, kota di mana Bung Karno dilahirkan, akhirnya memiliki nama jalan SUKARNO. Bagaimana dengan kota lain? Sependek pengetahuan saya (lagi-lagi mohon dikoreksi kalau saya keliru), kota-kota yang sudah lebih dulu, jauh lebih dulu mengabadikan nama Sukarno sebagai nama jalan adalah Kupang dan Ende, keduanya di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di Jawa, baru kota Blitar yang memiliki nama jalan Sukarno. Sekali lagi, mohon sidang pembaga mengecek kebenarannya.
Bisa jadi, memang sependek itu pengetahuan saya. Tetapi saya sungguh akan mensyukuri kependekan pengetahuan saya itu jika memang ternyata keliru. Jika ternyata sudah ada nama jalan Sukarno di 460 kabupaten/kota seluruh Indonesia. Sering saya tergelitik tanya, tidak adakah sedikit saja keinginan dari seorang presiden, anggota DPR, gubernur, bupati, walikota untuk memberi penghargaan kepada presiden pertamanya? Bagaimana mereka, beliau-beliau, para tuan yang terhormat, berkehendak dikenang generasi penerus, kalau dalam dirinya tidak ada perasaan ingin mengenang jasa orang yang telah berkorban begitu besar demi meraih kemerdekaan kita? (roso daras)