… there is no journey’s end

Ada yang menyebut character and nation building… ada yang mengucap nation and character building. Salah satu dari sekian banyak ajaran Sukarno yang cukup penting. Jika kita membaca sejarah ataupun mendengarkan kisah heroik masa lalu, kebanggaan berbangsa dan bernegara pada masa lalu, maka bisa dikatakan, itulah buah dari pembangunan karakter dan mental kebangsaan oleh Presiden Sukarno.

Dalam berbagai kesempatan, baik saat memberi wejangan, pidato, ataupun obrolan ringan bersama para ajudan, Bung Karno sering menyelipkan muatan-muatan pembangunan karakter bangsa. Ia menjadi begitu penting, karena di mata Sukarno, sebuah bangsa yang telah dijajah 3,5 abad (lebih) lamanya, tentunya meninggalkan banyak sekali kerusakan.

Yang nyata adalah, kerusakan mental. Mental bangsa terjajah yang terbiasa menjadi budak. Jika tidak dibangkitkan mental dan karakter kebangsaan Indonesia, maka kita akan tetap menjadi bangsa budak di antara bangsa-bangsa di dunia. Sukarno tampil tanpa lelah ke seluruh pelosok negeri. Membakar jiwa rakyatnya.

Membakar dan membunuh mental budak di setiap jiwa dan otak bangsanya. Ia berorasi… ia mengajak bernyanyi… ia mendongeng ephos Mahabharata… ia berbagi mimpi tentang kejayaan Indonesia… ia menggandeng lengan rakyatnya untuk bangkit, menyingsingkan lengan-baju, bekerja keras bangkit dari keterpurukan bangsa terjajah, menjadi bangsa yang bermartabat dan disegani dunia.

Kerusakan material, mental, dan moral rakyat Indonesia akibat 3,5 abad dijajah Belanda, dan 3,5 tahun dijajah Jepang, adalah “musuh” terbesar Bung Karno saat didaulat bangsa ini menjadi Presiden pertama Republik Indonesia. Ia tahu benar, membangun karakter kebangsaan, bukan perkara mudah dan butuh seribu langkah.

Singkat kelimat, lihatlah sejarah. Tengok periode 1945 – 1965. Dalam berbagai pasang surut kehidupan politik, sosial, ekonomi negara yang baru merdeka, Bung Karno melesat bak mercu suar, menjadi ikon dunia, menjadi pahlawan bangsa-bangsa Asia – Afrika. Pemimpin negara mana yang tidak respek kepada Bung Karno? Negara mana yang berani “macam-macam” kepada Bung Karno dan Indonesianya? Ia hadapi pemimpin-pemimpin negara adi-kuasa (waktu itu Amerika Serikat dan Uni Soviet) benar-benar dengan posisi berdiri sama tinggi, duduk sama rendah.

Dalam waktu yang tidak terlalu lama, bangsa yang tadinya bernama Hindia Belanda, terjajah, bermental budak, kini bangkit menjadi sebuah bangsa besar. Ditambah kharisma Presiden yang begitu cerdas, ditunjang kemampuan berorasi yang menggelegar, menghipnotis sidang PBB, sidang Asia-Afrika, sidang negara-negara Islam, hingga rapat-rapat akbar di seluruh pelosok negeri.

Di Amerika, nama Sukarno berkibar-kibar. Baik dari perspektif buruk maupun baik. Bahkan (menyimpang cerita), manta presiden Clinton pun (saat ia kecil) pernah terinspirasi oleh sosok Sukarno. Di Soviet dan di Cina ia dielu-elukan sebagai orang besar. India begitu memuja. Pakistan, Mesir, Arab Saudi, … sampai-sampai di Italia, sekelompok sopir menyambut Bung Karno dengan menyanyikan lagu “Indonesia Raya”.

… serasa takkan habis bertutur tentang kejayaan Sukarno dan kisah suksesnya membangun karkter kebangsaan Indonesia. Membangun mental rakyat jajahan, menjadi rakyat yang begitu bermartabat. Cinta Indonesia, dan tak gentar menghadapi negara mana pun. Itu karena presidennya. Ingat kata-kata Bung Karno saat berseteru dengan dunia Barat?  “Inggris kita linggis… Amerika kita setrika!!!”

Presiden dengan sederet mukjizat lepas dari sederet usaha percobaan pembunuhan, baik dari ekstrim kanan maupun ekstrim kiri, yang semuanya didalangi negara-negara adi kuasa yang tak suka dengan Sukarno. Apakah itu mengendurkan dan menyurutkan Sukarno? Sama sekali tidak. “Hidup mati ada di tangan Tuhan,” ujarnya enteng, menanggapi usaha-usaha pembunuhan terhadap dirinya.

Pertanyaannya adalah, “ke mana karakter kebangsaan kita yang dulu begitu heroik, cinta tanah air, dan bersatu untuk maju?” Sejatinya sudah dikubur bersamaan dengan sukses besar CIA bersama sejumlah jenderal kita yang terkutuk, melengserkan dan menistakan Sukarno di akhir kekuasaannya. Mengubur dalam-dalam semua ajaran Bung Karno. Memenjarakan semua orang Sukarno. Dan membelokkan sejarah tentang Sukarno.

Dengan sedih, pasca G-30-S/PKI, Bung Karno pernah berkata, “Bangsa kita mundur 20 tahun….” Itu artinya kembali ke titik proklamasi…. Lantas pondasi apa yang dibangun pasca tahun 1965 sampai hari ini? Liberalisme…. Hasilnya? Utang negara yang membuat bulu roma berdiri…. Pola hidup liberal yang mengikis nilai-nilai ke-Timur-an kita…. Mental bobrok abdi negara (semakin banyak dibentuk lembaga anti korupsi, semakin banyak kasus korupsi baru)…. Silakan dilanjutkan sendiri.

Izinkan saya merenungkan kata-kata Bung Karno, “Revolusi adalah suatu hal yang harus dijalankan dengan aksimu dan idemu sendiri. For a fighting nation there is no journey”s end…”. (roso daras)

The URI to TrackBack this entry is: https://rosodaras.wordpress.com/2012/01/23/there-is-no-journeys-end/trackback/

RSS feed for comments on this post.

7 KomentarTinggalkan komentar

  1. dahulu proyek soekarno seperti Monumen Nasional,Tugu selamat datang,dan banyak proyek2 beliau yg lainnya yg dianggap sebagai politik mercusuar tapi sebenarnya proyek itu diadakan agar bangsa kita ini bisa merasa bangga,percaya diri sejajar dengan bangsa lain dan menghilangkan mental budak dan sifat terlalu “rendah diri” yg sudah terlalu kronis akibat lamanya penjajahan.
    sayangnya Soekarno dilengserkan terlebih dahulu sblm bangsa benar2 percaya diri malah percaya diri yg sudah ada cendreung hilang.lihat saja sekarang banyak ilmuan dan orang2 pintar indonesia malah bekerja di luar negri karena di dalam negri mereka tidak dipercaya oleh bangsanya sendiri dan lebih suka mengagumkan orang2 dr barat,jepang,dsb.
    yang paling sedih adalah pada sekitar 2 taun yg lalu saya sudah melihat mobil Kiat Esemka di pameran tetapi tetapi tak ada seorang pun yg meliriknya malah dibandingkan dengan mobil yg bermerek terkenal seperti mobil jepang dan Amerika.Menteri dan pejabat negara yg datang pun hanya mentanda tangan kap mesin dan meninggalkan komentar.tak ada usaha untuk membuat mobil Esemka mencuat ke publik.Untung pak Joko Widodo dapat membuat mobil ini mendapat perhatian tapi yg saya amat prihatin lagi banyak pejabat yg malah mencibir usaha pak Jokowi dan mobil Esemka itu.Banyak yg bilang meniru dari mobil Cina.Lah bukankah mobil2 Jepang dahulu juga awalnya meniru mobil2 Amerika?
    Banyak yang bilang Nasionalisme kita sedang naik akhir2 ini tapi menurut saya mungkin ini cuma trend yg melanda negri ini yang mungkin sebentar lagi akan hilang seperti trend batik bbrp taun yg lalu sekrang pun sudah tidak ada lagi.

  2. Bacaan bagus. Hanya saja ada sedikit “cacat” ketika penulis masih menggunakan istilah G/30/S/PKI, seperti kebiasaan “sejumlah jendral terkutuk” dan para pendukungnya. Bukankah istilah ini juga yang mengubur Bung Karno?

  3. Dan apa yang Bung Karno katakan adalah menjadi bukti sekarang…
    Yaitu mundur 20 tahun..

    Mental bobrok ditanamkan Rezim orba !!!

  4. quote “Bacaan bagus. Hanya saja ada sedikit “cacat” ketika penulis masih menggunakan istilah G/30/S/PKI, seperti kebiasaan “sejumlah jendral terkutuk” dan para pendukungnya. Bukankah istilah ini juga yang mengubur Bung Karno?”

    setuju dengan komentar ini,

    perkara nation and character building, ceritakanlah kisah Soekarno ini kepada siapapun sehingga walau beliau sudah tiada, kisahnya tetap ada untuk meneruskan membentuk watak bangsa ini.

  5. saya pingin ngerti siapa anda sebenarnya mohon oto biografrimu bung roso daras aku simpatisan anda soekarnois sejati

  6. Bung Roso setelah saya baca tulisan ini. Bolehkah saya menyebarkan nya? Terima kasih

  7. izin copy paste (copast) artikel ini,
    Nama Bung Karno tidak akan pernah musnah hingga kiamat Duniapun Datang…

    Saya pencinta Sang Orator Ulung ini (Ir.Soekarno), yg telah meninggalkan Indonesia kurang-lebih 1 abad…

    sedikit demi sedikit saya usahankan mempraktekan ajaran Bung Karno,

    Salam Revolusi-Demokrasi !!!


Tinggalkan komentar