Republik Indonesia, Terlahir dengan Delapan Provinsi

Sjahrir, Bung Karno, Bung Hatta

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, berlangsung damai, tanpa pertumpahan darah. Walaupun, saat itu status negara kita merupakan jajahan Jepang. Mengapa Jepang tidak melarang? Ini semua berkat kecerdikan Bung Karno, Bung Hatta, dan Sutan Sjahrir, tiga aktivis gerakan kemerdekaan Republik Indonesia, yang sejak Juli 1945 diakomodir Jepang. Bahkan beberapa kali Bung Karno difasilitasi Jepang untuk pergi ke daerah-daerah menyampaikan pidato berisi tiupan harapan akan segera tiba saat Indonesia merdeka.

Menurut Dr. Soeharto, dokter pribadi dwitunggal Sukarno – Hatta, setidaknya ada alasan mengapa Jepang terkesan “membiarkan” Sukarno – Hatta memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia. Rupanya, hal itu terjadi karena sebelumnya sudah ada kesepakatan antara para pejuang kemerdekaan yang diwakili Bung Karno dengan Laksamana Maeda dan kawan-kawan pejabat Jepang, serta mendapat restu pimpinan mereka, Laksamana Shibata dalam pertemuan di Singaraja, Bali.

Rumah MaedaPertama, penguasa Jepang pura-pura tidak mengetahui bahwa Indonesia merdeka akan diproklamasikan, oleh karena itu tidak dapat mencegahnya. Kedua, setelah kemerdekaan diproklamasikan, penguasa Jepang secara resmi melakukan protes tidak setuju, tapi berjanji tidak akan melakukan tindakan kekerasan dalam segala bentuk. Ketiga, Bung Karno dan Bung Hatta berjanji, naskah Proklamasi Kemerdekaan disusun sedemikian rupa, sehingga tidak memuat kata-kata yang dapat menghasut masyarakat untuk menyerang orang-orang Jepang, dan juga tanpa kata-kata yang menandakan bahwa proklamasi kemerdekaan dinyatakan dalam rangka pelaksanaan tugas Panitia Periapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)

Situasi ketika itu adalah, Jepang dalam keadaan kalah perang, setelah digempur sekutu, Pasca pengeboman Hiroshima dan Nagasaki 6 Agustus 1945, Jepang praktis porak poranda. Tentara Sekutu bahkan sudah mulai mendarat di pulau-pulau Nusantara. Bahkan Jepang sudah menyetujui, mereka menyerah kepada sekutu dalam keadaan status quo, karena itu Jepang tidak mau terang-terangan diketahui mendukung upaya merdeka Indonesia.

Karena itu pula, saat proklamasi 17 Agustus 1945, situasi Pegangsaan Timur 56, maupun situasi Jakarta pada umumnya, relatif tertib dan aman. Bahkan hari-hari pasca 17 Agustus, Jepang tidak lagi menjalankan kekerasan di Jakarta. Bahkan beberapa orang Jepang, antara lain Laksamana Shibata di Surabaya menyerahkan banyak senjata kepada para pejuang Indonesia.

Alhasil, 18 Agustus 1945 18 Agustus PPKI membentuk sebuah pemerintahan sementara dengan Sukarno sebagai Presiden dan Hatta sebagai Wakil Presiden. Republik Indonesia yang baru lahir ini terdiri 8 provinsi: Sumatera, Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil.

Peta 8 Provinsi

Secara resmi, Presiden Sukarno mengumumkan kemerdekaan Republik Indonesia ke luar negeri pada tanggal 23 Agustus 1945. Sementara itu, pasukan Sekutu sudah mulai merangsek. Terlebih Sekutu memang sudah mendeklarasikan, bahwa usai perang, Belanda akan kembali mendapatkan negara jajahannya: Hindia Belanda alias Republik Indonesia yang telah merdeka. Fase berikutnya adalah fase perjuangan mengangkat senjata, perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari hisapan nekolim Belanda.  Saat itu, di mana-mana menggema gaung “MERDEKA ATAU MATI !!!”. (roso daras)