Hariyatie dan Inggit

Usia Hariyatie masih 23 tahun saat dinikahi Bung Karno yang sudah berusia 63 tahun. Sekalipun begitu, Bung Karno menghargai benar sikap dewasa Hariyatie. Termasuk kemampuan Hariyatie dalam membawakan diri di depan lingkungan Istana, bahkan dalam situasi-situasi sulit, terkait dengan posisi Bung Karno sebagai Presiden dengan istri lebih dari satu.

Dalam “kisah tersembunyi” Hariyatie Soekarno, ia mengisahkan sejumlah peristiwa yang ia sebut sebagai gesekan antarpara istri Bung Karno. Belum lagi resmi menjadi istri, ia pernah bergesekan dengan Hartini. Bahkan setelah bercerai dari Bung Karno, ia pernah pula bergesekan dengan Ratna Sari Dewi.

Namun, terhadap Inggit Garnasih, ia tidak pernah mengalami gesekan berarti. Sebaliknya, Hariyatie tergolong istri Bung Karno yang relatif paling rajin dan rutin mengunjungi Inggit di Jalan Ciateul, Bandung (sekarang Jalan Inggit Garnasih). Dalam bukunya, ia hampir setiap bulan atau sebulan sekali, menyempatkan diri mengunjungi Inggit dengan iring-iringan mobil dari Jakarta.

Salah satu alasan yang mendasari langkahnya menuju Bandung bertemu Inggit setiap bulan adalah karena ia begitu hormat, begitu respek terhadap Inggit. Bagi Hariyatie, Inggit adalah sosok wanita yang pantas dituakan. Inggit di mata Hariyatie adalah sosok perempuan pendamping Bung Karno yang setia. Inggit yang mengantar Bung Karno menjadi orang nomor satu di Indonesia.

Pemahaman Hariyatie tumbuh dari pemahamannya sendiri, setelah mendengar Bung Karno menceritakan panjang lebar tentang peran Inggit pada masa-masa awal revolusi hingga pra kemerdekaan. Bahkan Bung Karno kepada Hariyatie pernah berujar, sangat sulit mencari sosok istri yang lebih berbakti daripada Inggit. Sekitar dua puluh tahun hidup bersama Inggit, Bung Karno merasakan benar bakti Inggit kepadanya.

Sekalipun Ibu Inggit bukan tergolong perempuan berpendidikan tinggi, tetapi Bung Karno mengakui dedikasi dan pengabdian Inggit selama menjadi pendampingnya. Itu pula yang membuat Hariyatie begitu mengagumi Inggit. Kedatangannya sebulan sekali ke Bandung, menemui Inggit, tentu juga dalam rangka belajar bagaimana mengabdi yang baik kepada suami. Kepada Bung Karno. (roso daras)

Published in: on 18 Mei 2010 at 02:34  Comments (2)  
Tags: , , , ,

The URI to TrackBack this entry is: https://rosodaras.wordpress.com/2010/05/18/hariyatie-dan-inggit/trackback/

RSS feed for comments on this post.

2 KomentarTinggalkan komentar

  1. dijaman sekrang sulit menemukan wanita seperti hariyatie ,surga jaminan untuknya…
    wahai kekasihku jika memang aku bukan yang pertama untukmu jadikan aku yang terakhir

  2. Selamat pagi, saya Inas, editor di Penerbit Lentera Hati. Saya minta izin untuk menggunakan foto Hariyatie yang ada di blog ini sebagai kelengkapan buku Bunga-Bunga di Taman Hati Soekarno yang akan kami terbitkan. Jika membutuhkan keterangan lebih lanjut, jangan sungkan untuk menghubungi saya di inasshabihah@lenterahati.com. Terima kasih 🙂


Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: