Judul di atas adalah nama sebuah program televisi di Amerika Serikat tahun 50-an. Formatnya semacam diskusi kecil oleh para pemuda dan pemudi Amerika. Mereka umumnya mewakili berbagai lembaga, baik semacam LSM maupun kampus. Forum itu bisa pula disebut sebagai forum pagi para pemuda-pemudi Amerika yang menaruh minat terhadap politik atau ketatanegaraan.
“Youth Want to Know”, para pemuda-pemudi ingin tahu. Ingin tahu apa saja. Ingin mencari tahu kepada siapa saja yang kompeten. Nah, salah satu narasumber yang pernah diundang hadir di forum itu adalah Presiden Republik Indonesia, Sukarno. “Karena saya diundang, maka saya datang,” tutur Bung Karno ihwal kehadirannya di forum itu.
Dengan percaya diri dan sadar kamera, Bung Karno tampil elegan. Tak sedikit pun rasa gentar “dikeroyok” para pemuda-pemudi Amerika yang haus informasi, yang rakus bertanya, bahkan dengan gaya liberal kebanggaan mereka. Berbagai perlengkapan audio dan audio-visual sudah siap. Ya, acara “Youth Want to Know” memang tidak saja direkam (baik suara maupun gambar) untuk kepentingan dokumentasi semata, melainkan juga disiarkan (on air) melalui pemancar radio maupun televisi.
Semua pertanyaan mampu dijawab lugas dan tuntas oleh Presiden kita. Namun dari sekian banyak pertanyaan, Bung Karno hanya terkesan dengan satu pertanyaan saja. “Presiden Sukarno, kenapa Presiden Sukarno mengadakan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945? Yaitu beberapa hari sesudah Jepang menekuk lutut di dalam perang dunia kedua.”
Pemuda tadi secara tidak langsung bertanya, mengapa Presiden Sukarno tidak memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1940, 1930, 1929… mengapa 17 Agustus 1945? Instink Bung Karno reflek menebak, inilah satu-satunya pertanyaan NEGARA AMERIKA SERIKAT atau penguasa Negeri Paman Sam yang dititipkan melalui mulut salah satu pemudanya. Sebab, sebagian belahan negeri Barat, negeri-negeri imperialis yang belum merasa legawa dengan kemerdekaan Indonesia, selalu saja mendiskreditkan Indonesia sebagai negara yang merdeka karena belas kasih dan hadiah dari Jepang.
Bung Karno justru senang dengan pertanyaan yang sejatinya ditujukan bagi penggiringan opini publik, bahwa kemerdekaan kita karena hadiah penjajah (Jepang). Inilah forum yang menurut Bung Karno harus dimanfaatkan untuk menendang balik si penanya. Maka, Bung Karno menjawab, “Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, oleh karena pada waktu itu imperialisme sedang lemah, retak, hancur lebur. Sesudah perang dunia kedua, Belanda berantakan, Jepang lemah pula karena mendapat hantaman yang keras, dan saat itulah yang tepat untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Ini adalah sebuah siasat politik yang sangat hebat sekali.”
Bung Karno tidak peduli jika Belanda didukung Amerika. Bung Karno juga tidak peduli, bahwa penyebutan kata-kata “imperialisme sedang lemah, retak, hancur lebur” sejatinya juga ditujukan kepada Amerika Serikat yang juga menjalankan praktik imperialisme, praktik penjajahan di sejumlah negara tak berdaya. (roso daras)
Pak nama saya Kris Wijoyo, saya kagum dengan tulisan bapak, serta cara2 bapak menanggapi jawaban2 penanya terutama pertanyaan2 yg memancing. Sewaktu masih mahasiswa di fakultas hukum ui depok, saya bersama kawan2 membentuk komunitas dikusi yang namanya forum diskusi nasionalis muda. sampai saat ini masih berjalan, dan ide2 serta pelajaran dari Bung Karno tidak pernah lepas dari kajian2 maupun dasar2 tindakan kami.Dengan tulisan2 di blog ini semoga saya dan kawan2 dapat ikut terus menggali pelajaran2 dari Bung Karno.
Terima Kasih pak
kutunggu sukarno-sukarno baru indonesia