Ini kisah tentang seorang lelaki sepuh, berusia 75 tahun yang akrab dipanggil Kuncung, Pak Kuncung. Tanggal 21 Juni 1978, adalah momentum penting bagi para pengikut Sukarno sang Proklamator. Hari itu, adalah pencanangan pemugaran makam Sukarno di Blitar.
Meski tidak seperti saat prosesi pemakaman, tetapi hari itu, dan hari-hari pemugaran selanjutnya, rakyat kembali tumpah ruah ke pusara Bung Karno. Nah, Kuncung adalah satu di antara ribuan orang lain yang merangsek maju, berhimpit-himpitan bersama para peziarah lain.
Perawakan yang kecil, pakaian lusuh cenderung belel, kulit legam dan penampilan yang awut-awutan, sempat membuat para penjaga salah duga. Kata maaf tak terucap di muka, ketika seorang penjaga mencegat Pak Kuncung, dan melarangnya masuk komplek makam Bung Karno.
Dengan wajah lugu, polos cenderung o’on, Pak Kuncung tak mengerti, kenapa dirinya tidak boleh berziarah. Bukan Kuncung kalau tidak “ngeyel”, “Lho… kenapa tidak boleh? Saya ini kawan dekat Bung Karno!”
Klaim “kawan dekat” tadi, alih-alih membuat penjaga respek, sebaliknya malah benar-benar menduga Pak Kuncung ini orang yang “100 kurang 1”, alias “gak genep”. Ya… Pak Kuncung malah dikira orang gak waras, karena telah berani mengaku-aku sebagai teman dekat Bung Karno.
Demi meyakinkan bahwa dirinya memang kenal dekat dengan Bung Karno, akhirnya Kuncing memutar kembali memori masa lalu, saat-saat di mana ia sering dipanggil Bung Karno, sekadar ngobrol dan bercanda. Pak Kuncung menceritakan kepada si penjaga makam Bung Karno, ihwal dirinya yang juga sering dikasih amplop berisi uang oleh Bung Karno.
Tidak juga meyakinkan para penjaga, Pak Kuncung tidak kurang akal. Ia mengambil dompet yang sudah butut dari saku celana. Dibukanya dompet, dan ditunjukkannya selembar foto, foto Bung Karno dengan Kuncung. “Kalian tidak percaha saya teman Bung Karno? Lihatlah foto ini!”
Semula, para penjaga sempat menunjukkan sikap ogah-ogahan memandang ke arah foto yang ditunjukkan pak Kuncung. Tapi karena pak Kuncung mengarahkan ke depan wajah para penjaga, mau tak mau, para penjaga itu melihatnya. Seperti tersihir oleh selembar foto yang begitu berharga buat Kuncung, sontak para penjaga menjadi lunak, dan mempersilakan Pak Kuncung mendekat ke makam temannya, makam Bung Karno.
Benar… itu sekelumit kisah tentang Pak Kuncung, yang tak lain adalah aktor film. Sebagai “Sukarnois” rumahnya pernah dirazia penguasa Orde Baru. Foto-foto Bung Karno hendak dirampas untuk dibakar. Kuncung maradang dan melawan. “Daripada foto-foto Bung Karno yang kalian rampas, lebih baik kalian bacok kepala saya!” (roso daras)