Apa Beda Wanita dan Negara?

U1467093Siapa tak suka humor? Bung Karno pun penyuka humor. Bahkan ia bisa dibilang termasuk kolektor bahan-bahan humor yang baik. Jika ia bertemu kerabat karib, humor menyegarkan selalu meluncur di tengah-tengah percakapan, sehingga Bung Karno bisa tertawa terbahak-bahak.

Sebagai politikus, Bung Karno juga memiliki koleksi humor yang ia kumpulkan dari berbagai sumber. Dan dengan lihai ia akan mengeluarkan humor-humor itu kepada lawan bicara yang pas. Nah, seperti humor berikut, saat Bung Karno bertemu Duta Besar AS untuk Indonesia, Howard P. Jones sambil minum kopi di suatu pagi. Sebagai catatan, Dubes Jones adalah salah satu dubes yang cukup akrab dengan Bung Karno.

Bung Karno mengawali joke-nya dengan bertanya, “What are the comparisons between world policy and women ages?” Tanpa menjawab langsung, Jones hanya tersenyum-senyum mengharap Bung Karno segera menunjukkan jawabannya.

Dan jawabnya adalah:

Africa and 17 year old girl– Women or girls between 15 and 19 years old just like Africa: Wild, young, and still virgin.


USA dan rich girl– Women between 20 and 29 years old just like USA: Rich, full enthusiasm, and well equipped.


India and misterious women– Women between 30 and 39 years old just like India: Experienced and  mostly mysterious.


France dan glori in the past– Women between 40 and 49 years old just like France: glory… in the past.


Rusia and fat women– Women of 50 years old or 60, 70, just like Rusia: Big–wide-and no body will come in.

Dari mana BK mendapat lelucon itu, kurang jelas. Yang jelas, Dubes Jones sangat senang mendengar humor itu, dan berjanji akan segera menceritakannya kepada teman-temannya di Amerika. (roso daras)

Published in: on 5 Juni 2009 at 08:33  Comments (1)  
Tags: ,

Sebilah Keris untuk Sebuah Mobil

BK-Keris-Istana

Tahun 1962, Indonesia dilanda kemarau hebat. Kekeringan di mana-mana, temasuk di lingkungan Istana. Bulan-bulan itu, setiap pagi Bung Karno tampak murung meratapi taman-tamannya yang kering. Sudah menjadi kebiasaan proklamator kita, setiap bangun tidur, jalan-jalan mengitari taman ditemani sejumlah orang dekat, antar lain pengawal, sekretaris, ajudan, dan kepala rumah tangga istana.

Bung Karno tahu satu per satu nama tanaman di halaman Istana, baik di Istana Jakarta. Bogor, Cipanas, maupun Tampak Siring. Tak jarang, ia sendiri yang mengatur, memerintahkan tukang kebun untuk memindah atau mengganti tanaman. Begitulah Bung Karno. Ia akan menarik nafas dalam-dalam meresapi keindahan alam, termasuk asrinya taman istana.

Alhasil, saat kemaru, rumput-rumput Istana menguning. Pepohonan mengering. Upaya tukang kebun untuk tetap menyirami areal pertamanan, rupanya tak cukup buat mempertahankan kehijauan taman. Setiap teringat akan kemarau yang panjang dan taman yang kering, Bung Karno tampak bersedih hati.

Tibalah suatu sore, Bung Karno duduk di beranda belakang Istana Merdeka, tempat favoritnya untuk minum teh. Ia ketika itu ditemani –antara lain– ajudan Bambang Widjanarko. Tak lama kemudian, datang Kepala Rumah Tangga Seluruh Istana, Harjo, disertai seorang laki-laki berbusana Jawa lengkap, berkain-beskap-blangkon. Setelah uluk salam seperlunya, Harjo berkata, “Pak, inilah Bapak Pringgo yang pernah saya laporkan, datang menghadap Bapak sekaligus membawa keris pusaka untuk dipersembahkan kepada Bapak.”

BK mengangguk dan memandangi lelaki yang bernama Pringgo. Spontan Pringgo mengeluarkan sebilah keris dari dalam bungkusan dan menceritakan bahwa keris itu sudah berumur ratusan tahun, berasal dari zaman Majapahit, luk lima, dan sangat bertuah. Hampir semua keinginan pemiliknya dapat terpenuhi, dan ia ingin mempersembahkan pusaka itu kepada Bung Karno.

BK menerima keris yang masih dalam kerangka seraya berkata, “Terima kasih, Pak Pringgo. Sekarang apakah yang dapat saya berikan sebagai tanda terima kasih saya?”

Pringgo lancar bertutur, bahwa ia ingin mempunyai sebuah mobil, karena itu bila BK berkenan, ia memohon sebuah mobil. General NewsBK tersenyum saja demi mendengar permintaan Pringgo. “Ah, itu soal gampang. Bahkan kalau keinginan saya detik ini dapat terpenuhi, dengan senang hati saya akan memberi dua mobil.” Dengan gembira Pringgo bertanya, “Bapak ingin apa?”

Sambil menyerahkan kembali keris tadi kepada tamunya, BK berkata, “Coba cabutlah keris itu dan mohon hujan turun sekeras-kerasnya agar rumput di tamanku ini menjadi segar dan hijau kembali.” Mendengar permintaan Bung Karno, spontan wajah Pringgo pucat pasi, lalu menunduk dan diam.

Melihat hal itu, Bung Karno berkata ramah, “Baiklah, Pak Pringgo, kalau tak bisa sekarang, bawalah keris itu terlebih dahulu dan tetaplah memohon agar hujan turun. Kalau nanti malam atau besok pagi hujan benar-benar turun, akan saya penuhi janji saya memberi dua buah mobil untuk Bapak.”

Pringgo dan Harjo segera pamit undur diri. Dan… hujan tetap tidak turun selama beberapa bulan lagi. (roso daras)

Published in: on 5 Juni 2009 at 04:09  Comments (17)  
Tags: , , ,