Cicak dan Siul Perkutut di Penjara Banceuy

penjara_soekarnoMasuk-keluar penjara bagi Sukarno adalah konsekuensi perjuangan. Penjara Banceuy adalah satu kisah tersendiri dalam perjalanan hidup pahlawan proklamator kita. Aktivitas politiknya bersama wadah PNI telah menyeretnya ke jerat hukum, hukum Hindia Belanda tentunya! Ia dituding –atau tepatnya diskenariokan– sebagai provokator yang sedia melakukan pemberontakan.

Dalih itu pula yang dijadikan pembenar bagi Belanda untuk menyergap, menggerebek, dan membekuk Sukarno dan kawan-kawan seperjuangan.  Awal tahun 1930 ia diringkus dan dijebloskan ke Penjara Banceuy. Bangunan penjara yang didirikan abad ke-19 itu, kondisinya kotor, bobrok, dan tua. Di dalamnya terdapat dua bagian sel, masing-masing untuk tahanan politik, dan tahanan pepetek. Sebuah sebutan untuk rakyat jelata.

Sukarno sebagai tahanan politik, menempati Blok F kamar nomor 5. Teman seperjuangan, Gatot di sel 7, Maskun di sel nomor 9, dan Supriadinata 11. Lebar sel yang ditempati Sukarno hanyalah 1,5 meter persegi, yang separuhnya sudah terpakai untuk tidur. Sel itu tak berjendela, pengap, berpintu besi, dengan lubang kecil yang hanya bisa dipakai mengintip lurus ke depan. Sukarno merasakan betapa lembab, pekat, dan melemaskan suasana “kuburan” Banceuy.

Teman Sukarno selama di Banceuy hanya cicak-cicak di dinding. Ketika makanan diantar, ia akan berbagi nasi dengan cicak-cicak itu. “Teman” yang lain? Adalah bayangan-bayangan ghaib yang hingga ajalnya, Sukarno sendiri tak pernah bisa memecahkannya.

penjara_banceuyYang pertama adalah bayangan ketika ia merebahkan diri, memejamkan mata, dan tangan kanannya membesar… besar… besar… bahkan serasa lebih besar dari ruang sel itu sendiri. Kemudian secara perlayan berangsur mengecil hingga ke ukuran normal. Membesarnya tangan kanan, hanya bisa diduga sebagai satu perlambang akan besarnya kekuasaan yang ada pada tangan Sukarno di kelak kemudian hari. Entahlah.

Bayangan yang lain adalah suara burung perkutut. Ini tentu ganjil, mengingat penjara Banceuy terletak di pusat kota Bandung, tidak ada burung hidup di sekitar penjara. Namun ketika malam telah larut, suasana sunyi senyap, Sukarno mendengar suara burung perkutut, bersiul, menyanyi, begitu jelas hingga seolah ia rasakan ada di pangkuannya. Anehnya, tak seorang pun pernah mendengarnya, kecuali Sukarno.

Cicak-cicak di dinding serta suara burung perkutut di ujung malam, adalah sahabat Sukarno melewati hari-hari yang berat di Penjara Banceuy. (roso daras)

Published in: on 31 Maret 2009 at 11:03  Tinggalkan sebuah Komentar  
Tags: , ,

Gemblengan Sukamiskin

sukamiskin

Dua tahun lamanya BK mendekam di Penjara Sukamiskin, meski persidangan tahun 1930 itu, majelis hakim mengganjarnya dengan hukuman 4 tahun penjara. Berkat pembelaannya yang dikenal sebagai “Indonesia Menggugat”, kasus yang menikam BK tersebar hingga ke Belanda. Banyak ahli hukum negeri Kincir Angin itu memprotes dan mengkritik hukuman atas BK, yang notabene tidak berdasar. Semua tuduhan tak pernah bisa dibuktikan dalam persidangan.

Atas berbagai protes itulah, Gubernur Jenderal Hindia Belanda mengubah masa hukuman BK menjadi dua tahun. Alhasil, 31 Desember 1931, ia dibebaskan. Sebelum ia menghirup udara bebas, telah tersebar sebuah tulisan dengan judul “Saya Memulai Kehidupan Baru”. Sipir penjara yang melepas BK hingga ke pintu gerbang Penjara Sukamiskin pun bertanya, “Ir. Sukarno, dapatkah tuan menerima kebenaran kata-kata ini? Apakah tuan betul-betul akan memulai kehidupan baru?” BK segera memegang tiang pintu kebebasan dengan tangan kanannya, dan menjawab, “Seorang pemimpin tidak berubah karena hukuman. Saya masuk penjara untuk memperjuangkan kemerdekan, dan saya meninggalkan penjara dengan pikiran yang sama.”

gd-indonesia-menggugat-di-bdgBegitulah, seorang Sukarno memegang teguh prinsipnya, sekalipun selama dua tahun, ia telah melewati siksaan dahsyat, yang terutama adalah pengasingan dirinya di sebuah sel yang begitu lembab. Sampai-sampai, jika ia diberi waktu untuk keluar sel di siang hari, ia segera menuju pelataran dan berbaring telentang di atas tanah. Berjemur ala Sukarno. Menurutnya, itulah satu-satunya cara untuk mengeringkan tubuh dan tulang-tulangnya yang paling dalam, setelah sekian lama dibenamkan dalam sel yang dingin, pekat dan lembab.

Kisah heroik selama dalam penjara, terus terpupuk. Sandi-sandi komunikasi antara dirinya dengan elemen pejuang di luar penjara, senantiasa terjalin. Setiap butir telor yang dikirim istrinya, Inggit Garnasih, selalu diraba BK sebelum dikupas untuk dimakan. Jika ia mendapati satu lubang jarum, artinya keadaan lancar. Jika dua titik lubang jarum, artinya ada pejuang yang tertangkap. Jika tiga titik, artinya terjadi penyergapan besar-besaran.

Sandi juga dikirim lewat berbagai cara. Suatu ketika, Inggit mengirimkan kitab Alquran. BK segera mengingat tanggal Quran itu dikirim, kemudian membuka pada surah di halaman yang sesuai tanggal dikirimnya Alquran tadi. Nah, tangannya akan meraba di bagian bawah halaman yang dimaksud. Maka pada abjad yang dititik menggunakan jarum jahit, akan ia rangkai menjadi kata. Kata dirangkai menjadi kalimat, sehingga tersusunlah informasi. Begitulah sekelumit kisah Sukarno di balik penjara Sukamiskin. (roso daras)

Apa Komentar Anda?

bk-hollywood

Bung Karno adalah pecinta keindahan…. Dalam bahasa yang terus terang kepada Cindy Adams, dia mengatakan, di antara yang termasuk keindahan itu adalah kecantikan seorang wanita….

Memang, ia juga mengatakan bahwa setiap memandang hamparan sawah, hijaunya pegunungan, ia spontan akan menarik nafas panjang mengagumi keindahan alam, mensyukuri nikmat Tuhan.

Perasaan yang kurang lebih sama ketika ia memandang “keindahan” seorang wanita. Tak ayal, pers Barat pernah menjadikan Bung Karno bulan-bulanan. Ia ditudingnya sebagai hidung belang… tak bisa memalingkan muka dari wanita cantik.

Menurut saya, Bung Karno adalah laki-laki normal dengan sikap yang spontan (jujur). Lebih dari itu, dalam banyak literatur, Bung Karno diakui oleh banyak wanita, sebagai “gentleman”. Tak heran bila ia laksana magnet bagi kebanyakan kaum Hawa. Anda bisa maknakan sendiri, bagaimana kehebatan seorang Bung Karno, bukan saja dari sisi negarawan, tetapi sebagai seorang laki-laki, sehingga begitu banyak istrinya… dan begitu banyak wanita memujanya. (roso daras)

Published in: on 18 Maret 2009 at 10:32  Comments (5)  

Proklamasi 17 Agustus 1945

proklamasi

Puncak perjuangan bangsa Indonesia menggapai kemerdekaan, terwujud pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, atau 17 Ramadan 1365 Tahun Hijriah. Teks proklamasi dibacakan Ir. Sukarno yang didampingi oleh Dr. Mohammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini, Jakarta Pusat.

Apa makna proklamasi kemerdekaan pada era kini? Tergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan. Bagi sebagian kecil masyarakat Indonesia, yang masih segar ingatannya tentang kekejian penjajahan pemerintahan Hindia Belanda, maka proklamasi kemerdekaan dimaknai sangat dalam. Proklamasi kemerdekaan dimaknai sebagai lepasnya belenggu penjajahan dan penindasan oleh bangsa asing.

teks-proklamasiBagi generasi yang lebih muda, angkatan 60-an, angkatan 80-an, apalagi angkatan 2000-an, proklamasi 17 Agustus 1945 boleh jadi tidak lagi dimaknai sedalam pemaknaan oleh para orang tua kita, yang lahir pada era 20-an sampai 40-an. Alhasil, mengenang hari kemerdekaan, makin hari makin bergeser, dari peringatan yang begitu khidmat, menjadi ingar-bingar seremonial.

teks-proklamasi-ketikSalahkah? Ini bukan soal benar dan salah. Ini soal bagaimana nilai-nilai sebagai bangsa merdeka, tertanam pada jiwa yang merdeka. Artinya, kemerdekaan menjadi tidak bermakna jika jiwa kita masih terjajah. Kemerdekaan sama sekali tak bernilai, manakala sejatinya bangsa ini masih terjajah oleh praktik-praktik ekonomi kapitalistik. Kemerdekaan terasa semu manakala bangsa ini masih tergantung kepada utang luar negeri. Kemerdekaan sama sekali tak berarti manakala kekayaan alam dikuasai asing untuk sebesar-besarnya kemakmuran oknum penguasa.

Sekadar mengilas balik, saya upload foto proklamasi, foto teks asli proklamasi, teks proklamsi yang telah diketik, dan audio (suara asli) Bung Karno saat membacakan teks proklamasi. (roso daras)

\”Pembacaan Teks Proklamasi oleh Bung Karno\”

Published in: on 12 Maret 2009 at 10:35  Tinggalkan sebuah Komentar  

Foto Bung Karno (1)

bk-baca-bukuPengunjung blog yang budiman… break sejenak, buat kita nikmati foto Bung Karno yang tengah tekun membaca. Foto ini tidak bisa dibilang eksklusif. Saya memilki sejumlah teman, teman diskusi, atau yang sudah terkategori sebagai tokoh masyarakat, foto Bung Karno dengan pose ini, acap saya lihat di dinding ruang tengah, atau ruang kerja mereka. Saya sendiri mendapati foto ini di lapak kaki lima di bilangan Senen, Jakarta Pusat, beberapa tahun yang lalu.

Niat semula, ingin saya pigura. Kemudian muncul lagi niat lain untuk menyerahkan kepada teman pelukis saya, untuk dilukis di atas kanvas. Dan hingga saya membuat blog ini, poster itu masih tergulung di sudut ruang kerja. Berdebu. Belum saya pigura, belum pula saya mintakan untuk dipindah ke bidang kanvas. Segera saya pindahkan ke blog ini.

Demi mengundang interaksi dengan Anda semua, mohon yang mengetahui latar belakang foto ini, sudi dan berkenan menuliskan dalam kolom komentar. Saya pribadi belum sempat berburu informasi ihwal foto yang satu ini. Saya hanya menduga-duga, dilihat dari konfisi fisik Bung Karno, kiranya foto ini diambil pada era perjuangan, pra kemerdekaan. Saya menduga foto ini diambil di kediaman/kos-kosan BK di rumah Bu Inggit di Bandung. Tapi sungguh, itu hanya tebakan. Barangkali Anda lebih detail mengetahu asal-usul foto ini, silakan berbagi. Thanks! (roso daras)

Published in: on 8 Maret 2009 at 08:42  Comments (3)  

Indonesia Menggugat

indonesia-menggugatPembelaan Bung Karno yang diberinya judul “INDONESIA MENGGUGAT” adalah salah satu masterpiece pemikiran Bung Karno. Butir-butir pemikiran yang ia tuang dalam teks pembelaan itu, benar-benar merupakan hasil kontemplasi seorang pemikir muda, dalam ruang tahanan Belanda selama delapan bulan.

Persidangan yang bersejarah itu sendiri berlangsung 18 Agustus 1930, bertempat di Jl. Landraad Bandung. Tuduhan kepada Bung Karno cukup serius, yakni pelanggaran terhadap Undang Undang Hukum Pidana, pasal 161, 171, dan 153 yang dikenal sebagai Haatzaai artikelen, sebuah pasal yang sangat lentur. Pasal yang acap digunakan pihak penguasa terhadap “musuh politik”, yang sebenarnya merupakan delik penyebaran rasa benci.

Sukarno, bersama tiga rekannya: Gatot Mangkupraja, Maskun, dan Supriadinata dituduh mengambil bagian dalam suatu organisasi yang mempunyai tujuan menjalankan kejahatan, di samping usaha yang mengarah pada penggulingan kekuasaan Hindia Belanda. Adapun organisasi yang dimaksud adalah Perserikatan Nasional Indonesia, yang didirikan pada tanggal 27 Juli 1927. Oranigasi itulah yang kemudian menjadi cikal-bakal lahirnya Partai Nasional Indonesia (PNI).

Persidangan berlangsung panjang, sejak bulan Agustus hingga Desember 1930. Dalam keseluruhan rangkaian persidangan, pihak Hindia Belanda menampilkan saksi utama untuk penuntut umum, Komisaris Polisi Albreghs. Tapi kesemua keterangan, sama sekali gagal mengarahkan kepada kesimpulan adanya subversi komunis. Upaya penuntut umum untuk menunjukkan adanya hubungan langsung antara PNI dan Perhimpunan Indonesia di Belanda, yang mengarahkan adanya subversi komunis.

Semua tudingan itu berhasil ditepis Sukarno, sebalinya Sukarno berhasil membuktikan independensi PNI. Dalam proses persidangan, Bung Karno dkk didampingi pengacara Suyudi SH, Ketua PNI Cabang Jawa Tengah, tuan rumah saat Sukarno ditangkap, Mr Sartono, seorang rekan dari Algemeene Studieclub yang tinggal di Jakarta dan menjadi Wakil Ketua yang mengurus soal keuangan partai, Mr Sasromulyono yang tinggal di Bandung. Ketiganya melakukan tugasnya tanpa dibayar, bahkan rela mengongkosi seuruh pengeluaran.

Sekalpun begitu, Sukarno merasa perlu menyiapkan pembelaannya sendiri. Nah, kumpulan pembelaan itulah yang kemudian dirangkum dalam buku INDONESIA MENGGUGAT. Buku itu telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing. Sampai sekarang, INDONESIA MENGGUGAT menjadi dokumen sejarah politik Indonesia. (roso daras)

Published in: on 5 Maret 2009 at 07:24  Comments (15)